Infrastruktur Jadi Penghambat Wisata Enggano

Kamis, 03 Juli 2025 | 11:58:20 WIB
Infrastruktur Jadi Penghambat Wisata Enggano

JAKARTA - Pulau Enggano di Provinsi Bengkulu menyimpan kekayaan alam luar biasa. Panorama laut biru, pantai berpasir putih, hutan mangrove rimbun, dan kekayaan bawah laut menjadikan pulau ini sebagai salah satu surga wisata bahari Indonesia. Namun, di balik keindahan itu, potensi besar Enggano terhambat oleh keterbatasan konektivitas dan infrastruktur.

Pulau yang berada di tengah Samudra Hindia ini berjarak sekitar 156 kilometer atau 90 mil laut dari daratan Bengkulu. Lokasinya yang terpencil membuat akses menuju Enggano sangat tergantung pada moda transportasi laut. Namun, pelayaran ke pulau ini kerap terhambat. Sejak pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu, kapal penumpang KMP Pulo Tello tidak bisa merapat ke dermaga ASDP Bengkulu. Kapal terpaksa lepas jangkar di tengah laut, dan penumpang maupun barang harus diangkut dengan kapal kecil ke daratan.

Kondisi ini memperparah keterisolasian Pulau Enggano. Dampaknya bukan hanya pada distribusi logistik, tetapi juga pada sektor pariwisata dan perekonomian warga. Selama empat bulan terakhir, hasil bumi masyarakat belum bisa diangkut keluar pulau. Situasi ini menyebabkan kelumpuhan ekonomi yang berkepanjangan.

Kondisi pelik tersebut dirasakan langsung tim Kompas saat mengunjungi destinasi wisata alam Bak Blau di Desa Meok. Selama sekitar 1,5 jam berada di lokasi, suasana damai dan keindahan alam sungguh terasa. Anak-anak bermain air dengan riang di kolam alami berair biru yang aman dan menyegarkan. Sementara orang dewasa tak kuasa ikut berenang menikmati air sejuk yang menenangkan.

Menjelang senja, para pengunjung beranjak ke pantai yang hanya berjarak 50 meter dari kolam. Di sana, mereka menikmati momen matahari terbenam, membingkai langit jingga dengan latar hutan tropis. Kamera ponsel sibuk merekam keindahan langka yang disajikan Enggano.

Nama Bak Blau sendiri berasal dari dua kata: "bak" yang berarti tempat air atau kolam dan "blau" yang berarti biru. Kolam ini merupakan kolam alami yang airnya sebening kaca dan bermuara langsung ke laut. Pantainya berpasir putih dan air lautnya jernih, menjadi pemandangan yang memanjakan mata.

Dice Hadi Saputra (22), mahasiswa Universitas Bengkulu yang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN), mengaku tak menyangka Enggano menyimpan keindahan seperti itu.

"Saya beruntung. Karena KKN, saya berkesempatan ke Enggano untuk pertama kali sepanjang hidup saya. Tadinya saya pikir Enggano pulau terpencil yang akan membosankan. Ternyata, di sini banyak tempat wisata alam yang masih sangat alami, seperti Bak Blau. Justru karena jauh dari keramaian, suasana berwisata di sini terasa jauh lebih menenangkan," ujar Dice.

Tak hanya Bak Blau, Enggano juga menawarkan beragam destinasi bahari lainnya. Dari Desa Banjar Sari di utara hingga Desa Kahyapu di selatan, pantai-pantai di Enggano memiliki karakter yang berbeda. Pantai-pantai di sisi timur yang menghadap ke daratan Pulau Sumatera cenderung lebih tenang, cocok untuk wisata keluarga seperti Pantai Be’wa Trans Malakoni di Desa Malakoni. Sementara di sisi barat yang menghadap langsung ke Samudra Hindia, ombak besar menawarkan tantangan menarik bagi para peselancar.

Pantai Kelapa Satu dan Pantai Tanjung Ko’omang di Desa Banjar Sari serta Pulau Duo di Desa Kahyapu menjadi lokasi favorit bagi para pecinta surfing. Ombak di sana diklaim setara dengan ombak di Kepulauan Mentawai (Sumbar), Pulau Nias (Sumut), dan Pulau Simeulue (Aceh).

Enggano juga menyimpan keindahan bawah laut yang bisa dimanfaatkan untuk aktivitas snorkeling dan diving. Pulau Duo merupakan salah satu lokasi terbaik untuk kegiatan tersebut. Selain itu, wisata unik seperti Batu Lobang dan Air Terjun Laut di Desa Banjar Sari pun menawarkan pengalaman yang berbeda. Bagi penggemar memancing, perairan Enggano dikenal kaya hasil laut, menambah daya tarik destinasi ini.

Tidak hanya laut dan pantai, Enggano juga memiliki kawasan hutan tropis dan hutan mangrove yang lebat. Keanekaragaman hayati yang dimiliki pulau ini tergolong unik karena secara geologis Enggano tidak pernah menyatu dengan Pulau Sumatera. Oleh karena itu, flora dan fauna endemik berkembang dengan karakter khas.

Sayangnya, semua potensi ini belum mampu menjadikan Enggano sebagai tujuan wisata andalan. Menurut data Kecamatan Enggano, jumlah kunjungan wisatawan dari luar daerah masih berkisar 200 orang per tahun. Minimnya konektivitas dan infrastruktur menjadi penyebab utama rendahnya angka tersebut.

Warga dan pengunjung berharap agar Pemerintah Provinsi Bengkulu maupun pemerintah pusat dapat memperbaiki jalur transportasi ke Enggano, termasuk mengatasi pendangkalan pelabuhan dan menambah armada kapal reguler. Tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, keindahan Enggano hanya akan menjadi cerita yang terpendam di pulau terluar Indonesia.

Terkini