JAKARTA - Upaya untuk memutus mata rantai kemiskinan kini menemukan bentuk yang lebih konkret melalui peluncuran program Sekolah Rakyat, yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto. Inisiatif ini merupakan strategi jangka panjang yang menempatkan pendidikan sebagai instrumen utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Lewat pendekatan pendidikan berasrama yang digratiskan sepenuhnya, Sekolah Rakyat menyasar anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Mulai dari biaya pendidikan, asrama, makan, hingga perlengkapan sekolah disediakan penuh oleh negara. Tujuan utamanya bukan sekadar memberi pendidikan dasar, melainkan mendorong kesetaraan dan membuka jalan bagi masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus bangsa.
Program ini dikelola langsung oleh Kementerian Sosial (Kemensos) dan mencakup jenjang SD, SMP, dan SMA. Keberadaan Sekolah Rakyat diharapkan menjadi salah satu pengungkit terwujudnya Indonesia Emas 2045, visi jangka panjang yang menitikberatkan pada kualitas manusia Indonesia.
Fokus untuk Masyarakat Termiskin
Berlandaskan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), sasaran utama Sekolah Rakyat adalah anak-anak dari Desil 1, yakni kelompok masyarakat termiskin di Indonesia. Penggunaan data ini digabung dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) untuk memastikan penerima manfaat benar-benar berasal dari kelompok yang paling membutuhkan.
Program ini secara tegas ingin memastikan bahwa tidak ada lagi anak dari keluarga tidak mampu yang terpaksa mengorbankan pendidikan karena masalah ekonomi. Dengan masuknya mereka ke Sekolah Rakyat, anak-anak ini diberikan kesempatan yang sama untuk tumbuh, berkembang, dan meraih cita-cita mereka di masa depan.
Lebih dari sekadar menyediakan ruang belajar, Sekolah Rakyat menawarkan kurikulum yang menyeluruh. Fokus utama kurikulum adalah pengembangan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), pembentukan karakter, kepemimpinan, serta keterampilan hidup (life skills).
Lingkungan Belajar yang Mendukung
Kurikulum yang dirancang secara khusus tentu memerlukan dukungan fasilitas yang memadai. Itulah sebabnya, Sekolah Rakyat juga menghadirkan infrastruktur lengkap seperti asrama, laboratorium, serta perangkat teknologi modern seperti iPad bagi siswa. Seluruh kebutuhan siswa ditanggung oleh negara, agar mereka dapat belajar secara fokus tanpa terbebani persoalan logistik.
Pemerintah juga melibatkan banyak kementerian dan lembaga dalam pelaksanaan program ini. Kolaborasi lintas sektor ini bertujuan memastikan proses pembelajaran berjalan efektif, terukur, dan mampu memberikan dampak nyata bagi siswa dan masyarakat.
Distribusi Lokasi Sekolah Rakyat
Pada tahap awal, pemerintah telah menyiapkan 53 lokasi yang tersebar di sejumlah wilayah strategis. Provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan, hingga Papua telah menjadi bagian dari rencana awal pembangunan Sekolah Rakyat.
Untuk Tahun Ajaran 2025/2026, program ini akan dimulai secara resmi pada bulan Juli. Sebanyak 100 titik lokasi rintisan telah disiapkan, dengan 63 titik memulai proses matrikulasi pada 14 Juli 2025, dan sisanya menyusul pada akhir bulan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 126/HUK/2025, tiga lokasi rintisan di Jakarta yaitu Sentra Handayani, Sentra Mulya Jaya, dan Pusdiklatbangprof Kemensos Margaguna akan menjadi pionir.
Di wilayah Jawa Barat, terdapat 13 lokasi, antara lain STPL Bekasi, Sentra Phalamarta Sukabumi, Sentra Abiyoso Cimahi, dan berbagai institusi lainnya seperti Sentra Wyataguna Bandung, Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, serta beberapa fasilitas pelatihan kerja dan pendidikan lainnya.
Penambahan 100 Lokasi Tambahan
Selain 100 titik rintisan awal, pemerintah juga menyiapkan 100 titik tambahan yang saat ini masih dalam proses pematangan. Lokasi tambahan ini akan memanfaatkan fasilitas Balai Latihan Kerja (BLK) milik Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker).
Dengan keseluruhan 200 titik lokasi, program ini diperkirakan mampu menjangkau lebih dari 20 ribu siswa dari keluarga miskin. Tak hanya itu, orang tua siswa juga akan mendapatkan program pemberdayaan sebagai bagian dari strategi menyeluruh dalam memberantas kemiskinan antargenerasi.
Simulasi Sekolah Rakyat di Jakarta dan Bekasi
Uji coba pelaksanaan Sekolah Rakyat telah dimulai pada 10 Juli 2025 di dua lokasi: Sentra Handayani Jakarta dan Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi. Dalam simulasi ini, para siswa tinggal di asrama dan mengikuti berbagai aktivitas selama dua hari penuh.
“Jadi hari ini kita melakukan simulasi untuk penyelenggaraan Sekolah Rakyat rintisan selama 24 jam penuh,” ujar Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul dalam keterangannya di Sentra Handayani Jakarta.
Simulasi dimulai dengan registrasi siswa dan pembagian kamar, dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan gratis, pemetaan bakat (talent mapping), serta pengenalan sistem pembelajaran menggunakan Learning Management System (LMS). Para siswa juga menerima paket lengkap berisi seragam, sepatu, alat tulis, peralatan ibadah, hingga perlengkapan kebersihan pribadi.
Pemetaan Bakat Berbasis AI
Salah satu elemen menarik dalam simulasi ini adalah pelaksanaan tes talent DNA, yaitu sebuah aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mengetahui minat dan bakat siswa. Aplikasi ini dikembangkan oleh Ary Ginanjar dan diberikan secara gratis khusus untuk Sekolah Rakyat.
“Dengan perangkat ini kita bisa lebih cepat mengetahui minat dan bakat siswa. Dengan begitu nanti guru akan lebih mudah untuk mengarahkan siswa-siswa di Sekolah Rakyat,” jelas Gus Ipul.
Langkah ini diharapkan membantu proses pengajaran menjadi lebih terarah, sesuai potensi individu siswa, dan pada akhirnya mendorong keberhasilan program secara menyeluruh.