JAKARTA - Perkembangan teknologi yang begitu cepat kini telah mengubah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam cara umat Islam berdakwah dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan.
Menyadari hal itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mendorong generasi muda untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga penggerak inovasi yang memperkuat syiar Islam di kancah global.
Saat membuka Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) Nasional ke-28 tahun 2025 di Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu malam, Pratikno menekankan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi generasi muda.
Ia menyebut, pemuda harus menjadi garda terdepan dalam inovasi dan tidak tertinggal dalam arus kemajuan zaman.
Menurutnya, dunia saat ini tengah mengalami perubahan besar yang ditandai oleh percepatan teknologi digital. Di tengah situasi tersebut, pemuda Islam harus mampu menempatkan diri sebagai bagian dari perubahan yang membawa manfaat bagi umat dan bangsa.
Pratikno menyampaikan, ajaran Islam sejatinya telah lama menempatkan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari keimanan. Ia mengingatkan bahwa dalam sejarah, peradaban Islam pernah menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dunia.
"Ketika Eropa berada dalam kegelapan, para ilmuwan Muslim menerangi dunia dengan penemuan di bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan filsafat," tutur Pratikno di hadapan peserta STQH Nasional.
Ia menambahkan, para ilmuwan Muslim di masa keemasan Islam bukan hanya ahli dalam bidang sains, tetapi juga penghafal Al Quran. Mereka mampu memadukan iman dan akal sehingga menghasilkan peradaban yang maju, beretika, dan bermanfaat bagi manusia.
Dari semangat itu, Pratikno berharap generasi muda masa kini dapat mengambil pelajaran berharga.
Ia mendorong agar penguasaan teknologi modern tidak hanya difokuskan pada kemajuan pribadi atau ekonomi, tetapi juga digunakan untuk memperluas syiar Islam dan memperkuat nilai moral di tengah tantangan globalisasi.
Lebih jauh, Pratikno menegaskan bahwa teknologi bisa menjadi sarana efektif untuk menyebarkan nilai-nilai Al Quran dan hadis.
Dengan pemanfaatan media digital, pesan-pesan Islam dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas dengan cara yang kreatif, menarik, dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Namun, ia mengingatkan agar semangat belajar dan menguasai teknologi tidak menggeser nilai-nilai moral dan akhlak. Menurutnya, ilmu tanpa akhlak hanya akan membawa dampak negatif, bahkan bisa disalahgunakan untuk merusak kehidupan sosial dan lingkungan.
"Di sinilah peran Al Quran dan hadis memegang fungsinya yang paling hakiki, yaitu sebagai kompas moral abadi yang selalu menuntun kita semua," ujar Pratikno.
Dalam kesempatan itu, Pratikno juga menyinggung pentingnya menjaga kelestarian alam, yang menurutnya merupakan amanah besar dari Tuhan.
Ia menilai, menjaga bumi adalah bagian dari tanggung jawab manusia sebagaimana diajarkan dalam Al Quran. Karena itu, seluruh umat Islam diharapkan bisa menjadi contoh dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
Ia menilai, STQH Nasional bukan sekadar ajang lomba membaca dan memahami Al Quran, tetapi juga momentum memperkuat komitmen persatuan dalam keberagaman.
Melalui nilai-nilai yang terkandung dalam Al Quran dan hadis, Pratikno berharap umat Islam mampu memperkokoh rasa kebersamaan dan toleransi di tengah perbedaan.
Selain menjadi sarana memperdalam pemahaman terhadap ajaran Islam, STQH juga diharapkan dapat melahirkan generasi Qurani yang berakhlak mulia, cinta lingkungan, serta memiliki kecerdasan spiritual dan intelektual.
Pratikno menggarisbawahi bahwa kemajuan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh kemampuan teknologi semata, tetapi juga oleh moralitas dan nilai keagamaan yang kokoh. Ia menegaskan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan harus berjalan beriringan dengan pembentukan karakter yang berlandaskan ajaran Islam.
Dengan demikian, penguasaan teknologi bukan hanya menjadi alat untuk bersaing secara global, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat peran umat Islam dalam menciptakan dunia yang lebih damai, berkeadilan, dan beretika.
Ajakan Pratikno kepada para pemuda ini menjadi refleksi penting di tengah pesatnya perkembangan era digital.
Generasi muda diharapkan tidak hanya menjadi penikmat kemajuan teknologi, tetapi juga menjadi agen perubahan yang mampu membawa nilai-nilai Islam ke ruang digital secara positif dan produktif.
Melalui penguasaan teknologi dan penguatan nilai spiritual, Indonesia dapat melahirkan generasi unggul yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter Qurani.
Dengan semangat tersebut, syiar Islam diharapkan bisa semakin kuat dan berpengaruh di tingkat nasional maupun internasional.