JAKARTA - Langkah restrukturisasi bisnis kembali ditegaskan PT PP (Persero) Tbk. melalui rencana pelepasan kepemilikan di sejumlah anak usaha non-inti. Emiten BUMN karya ini menargetkan proses divestasi dua entitasnya dapat dituntaskan pada awal tahun depan, seiring upaya perseroan memperkuat fundamental keuangan dan fokus operasional.
Manajemen menilai divestasi menjadi bagian penting dalam penataan portofolio jangka panjang, terutama di tengah tantangan industri konstruksi yang menuntut efisiensi, ketepatan eksekusi, serta pengelolaan arus kas yang lebih disiplin. Dengan strategi tersebut, PTPP berharap dapat kembali mengonsolidasikan bisnis pada sektor yang menjadi keunggulan utamanya.
Proses Divestasi Masih Tahap Pemenuhan Persyaratan
Direktur Strategi Korporasi dan HCM PTPP, I Gede Upeksa Negara, menjelaskan bahwa hingga saat ini perseroan masih berada pada tahap pemenuhan persyaratan pendahuluan atau condition precedent yang tercantum dalam perjanjian jual beli saham bersyarat atau conditional share purchase agreement. Tahapan tersebut harus diselesaikan sebelum perseroan dapat masuk ke fase penandatanganan perjanjian jual beli saham final.
“Prosesnya masih cukup banyak yang harus diselesaikan untuk bisa masuk ke penandatangan SPA [share purchase agreement]. Kami perkirakan di triwulan pertama tahun depan,” ujarnya.
Menurut Gede, penyelesaian seluruh persyaratan ini menjadi krusial agar transaksi dapat berjalan sesuai ketentuan hukum, tata kelola perusahaan, serta kepentingan pemegang saham. Perseroan memastikan seluruh proses dilakukan secara hati-hati dan transparan untuk menjaga keberlanjutan kinerja perusahaan.
Pelepasan Aset Infrastruktur Transportasi
Salah satu aset yang tengah dilepas adalah PT Celebes Railway Indonesia yang mengelola jalur kereta api Makassar–Parepare. Dalam prosesnya, PTPP telah memasuki tahap penentuan pemenang dan kini fokus merampungkan seluruh persyaratan administratif yang dibutuhkan agar transaksi dapat segera diselesaikan.
Nilai transaksi pelepasan aset CRI tercatat sebesar Rp282,1 miliar. Manajemen menegaskan bahwa pelepasan ini merupakan bagian dari evaluasi strategis atas kepemilikan di sektor yang tidak lagi menjadi fokus utama perseroan. Dengan langkah tersebut, PTPP berharap dapat mengoptimalkan penggunaan modal untuk sektor yang memberikan nilai tambah lebih besar bagi perusahaan.
Di sisi lain, divestasi atas kepemilikan saham di PT PP Infrastruktur juga tengah berjalan. Perseroan berencana melepas mayoritas sahamnya kepada PT Varsha Zamindo Laksana dengan nilai transaksi Rp1,41 triliun. Saat ini, proses tersebut masih berada pada tahap pemenuhan persyaratan pendahuluan serta uji tuntas lanjutan.
Strategi Kembali ke Bisnis Inti
Langkah divestasi dua anak usaha ini menjadi bagian dari Rencana Jangka Panjang Perusahaan PTPP periode 2025–2029 dengan total nilai transaksi mencapai Rp1,69 triliun. Strategi besar yang diusung perseroan adalah kembali fokus pada bisnis inti atau back to core, khususnya di bidang konstruksi gedung, infrastruktur, dan engineering, procurement, construction.
Corporate Secretary PTPP Joko Raharjo menegaskan bahwa seluruh rangkaian divestasi dilakukan untuk menyelaraskan arah bisnis perusahaan agar lebih terfokus dan efisien.
“Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan fokus operasional, memperbaiki arus kas perseroan, serta menurunkan beban usaha,” pungkas Joko.
Dengan portofolio yang lebih ramping, manajemen meyakini PTPP dapat bergerak lebih adaptif dalam menghadapi dinamika pasar konstruksi nasional. Selain itu, fokus pada bisnis inti diharapkan mampu meningkatkan daya saing dan kualitas proyek yang dikerjakan perseroan.
Dampak terhadap Kinerja dan Likuiditas Perusahaan
Manajemen PTPP juga menyampaikan bahwa dana hasil divestasi akan digunakan untuk memperkuat likuiditas perusahaan. Berkurangnya beban utang serta pengurangan beban keuangan dinilai akan berdampak langsung pada peningkatan profitabilitas perseroan dalam jangka menengah.
Dalam keterbukaan informasi, PTPP menyebutkan bahwa langkah ini memberikan ruang lebih luas bagi perusahaan untuk mengelola arus kas operasional secara lebih sehat. Strategi tersebut dinilai penting mengingat kinerja keuangan PTPP hingga kuartal III/2025 masih menghadapi tekanan.
Pada periode tersebut, perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp5,55 miliar, sementara pendapatan mengalami penurunan 23,33% secara tahunan menjadi Rp10,73 triliun.
Kondisi ini mendorong manajemen untuk mengambil langkah-langkah strategis guna memperkuat struktur keuangan dan memastikan keberlanjutan usaha.
Dengan divestasi yang terencana dan fokus kembali ke bisnis inti, PTPP optimistis dapat memperbaiki kinerja keuangan secara bertahap. Manajemen berharap restrukturisasi portofolio ini menjadi fondasi bagi pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan di masa mendatang.